Daerah

Alek Bakajang, Yradisi Unik Ratusan Tahun di Gunung Malintang

Limapuluh Kota – Setiap tiga hari setelah Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Nagari Gunung Malintang, Kecamatan Koto Baru Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat, selalu menggelar sebuah tradisi unik yang telah diwariskan turun-temurun selama ratusan tahun. Tradisi itu dikenal dengan nama Alek Bakajang ,sebuah festival budaya yang penuh makna sejarah dan kebersamaan.

Alek Bakajang bukan sekadar perayaan biasa. Festival ini menghadirkan miniatur kapal pesiar yang melintasi aliran Sungai Batang Maek, menghidupkan kembali semangat nenek moyang mereka dalam membuka keterisolasian wilayah dengan memanfaatkan jalur sungai sebagai transportasi utama di masa lalu.

Setiap kampung di Nagari Gunung Malintang turut ambil bagian dalam festival ini dengan membuat miniatur kapal pesiar yang unik. Kapal-kapal tersebut merupakan hasil modifikasi dua buah sampan yang dicat biru dan putih, dibentuk menyerupai kapal pesiar dan dihias sedemikian rupa. Para pemuda dari masing-masing kampung kemudian bersama-sama mengarak kapal tersebut menyusuri sungai dalam sebuah prosesi yang disebut “Manjalang”.

Menurut warga setempat, Putri, festival ini menjadi momen yang sangat dinanti setiap tahunnya.
“Festival ini sudah dari nenek buyut, digelar sekali setahun. Warnanya biru putih, bentuknya seperti kapal pesiar. Seru karena kita melihat tradisi kita sendiri,” ujarnya dengan penuh semangat.

Tidak hanya warga lokal, Alek Bakajang juga menarik perhatian wisatawan dari luar daerah. Salah satu pengunjung, Iswandi, yang datang dari Pekanbaru mengaku kagum dengan keunikan festival ini.

“Yang dilihat itu keramaian adat-adat nagari. Pajangan kapal-kapal ini unik sekali, bentuknya seperti kapal pesiar. Ini memang tradisi dari zaman dahulu, dan sangat menarik untuk disaksikan,” tuturnya.

Keunikan Alek Bakajang telah mengantarkan tradisi ini meraih penghargaan bergengsi pada tahun 2021, yakni Juara Pertama Kategori Atraksi Budaya Terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API).

Lebih dari sekadar tontonan budaya, Alek Bakajang juga menjadi ajang mempererat tali persaudaraan antar kampung di Gunung Malintang. Festival ini menjadi bukti kuat bahwa budaya dan sejarah bisa menjadi perekat sosial yang memperkuat identitas masyarakat lokal di tengah arus modernisasi.

Dengan terus dilestarikan setiap tahunnya, Alek Bakajang menjadi simbol perjuangan masa lalu yang tetap hidup di masa kini, sekaligus menjadi daya tarik budaya yang patut dibanggakan oleh masyarakat Sumatra Bara.(***)