Padangpariaman – Semakin dekatnya pelaksanaan Konferensi Cabang Persatuan Guru Republik Indonesia (Konfercab PGRI) Padang Pariaman Tahun 2025 membuat suasana pencalonan nahkoda organisasi guru itu semakin hangat. Sebagai wadah untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya, PGRI Padang Pariaman menunggu sosok yang layak membawa organisasi ini menjadi lebih baik.
Dari beberapa nama yang telah mengapung, ada satu nama calon kuat ketua PGRI Padang Pariaman. Namanya tak asing di ranah pendidikan Padang Pariaman. Ia adalah Dr. H. Afrinaldi Yunas, S.Pd, MA.
Pria asal Tandikek ini menjadi guru secara kedinasan sejak Februari 2009 di SMPN 4 Padang Panjang. Sebab memiliki semangat belajar yang tinggi, ia terus belajar di IAIN Imam Bonjol Padang tahun 2013. Usai menamatkan pendidikan strata 2, ia diminta mengajar sebagai Dosen di STIT Syekh Burhanuddin Pariaman. Peran ganda menjadi guru dan dosen seolah membuktikan bahwa ia benar-benar seorang guru/pendidik sejati.
Tahun 2016, ia “pulang kampung” untuk mengabdikan dirinya di Padang Pariaman. Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Padang Pariaman menjadi tempat ia memulai menjadi guru ummat, di samping tetap menjadi dosen di STIT Syekh Burhanuddin.
Ada satu program yang terasa dampak dan berkesan bagi pendidikan keagamaan ASN Padang Pariaman tahun 2016 – 2018 yaitu I’tikaf bagi ASN yang berpusat di Masjid Agung Syekh Burhanuddin Ulakan Tapakis. Program usulan Bupati (alm) Ali Mukhni ini lalu diramu khusus oleh Bagian Kesra Padang Pariaman. Afrinaldi Yunas menjadi “man behind the scene” sukses pelaksanannya.
Kiprah pria yang disapa Buya ini di bidang pendidikan Padang Pariaman terasa nyata saat ia ditugaskan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Januari 2017 ia diamanahkan menjadi Kasi Kelembagaan dan Sarana Prasarana Bidang PAUD PNF. Penertiban pengelolaan dana BOP terasa oleh lembaga PAUD Padang Pariaman. Belum genap setahun menjabat, ia lulus seleksi Program 5000 Doktor tingkat nasional untuk belajar Strata-3 Bidang Pendidikan Islam di UIN Imam Bonjol Padang selama 5 Tahun.
Dalam masa pendidikan doktoral itu, ia diminta memimpin Pondok Pesantren Modern Tapuz, Pariaman sampai sekarang. Inilah sebabnya kenapa ia dipanggil Buya. Menjadi guru sentral dan utama di Pesantren membuktikan kapasitas pendidikannya tak sembarang.
Setelah menyandang gelar Doktor Pendidikan ia kembali bertugas dan diamanahkan sebagai Kasi Guru dan Tenaga Kependidikan di Bidang SMP. Posisi ini membuatnya nyaman berinovasi untuk peningkatan pelayanan dan kompetensi guru. Sebagai contoh, tingginya angka cerai di kalangan guru membuat ia ‘memutar otak’ untuk mengatasinya.
Ia menelurkan program yang diberi nama “Tepi Surga” (Teman Pilihan Konsultasi Pribadi dan Keluarga.) Alhasil, dalam tahun 2023 nyaris tidak ada kasus perceraian di Bidang SMP sampai ke Pengadilan Agama.
Di awal tahun 2024, ia pindah tugas menjadi Kasi Guru dan Tenaga Kependidikan di Bidang SD. Kali ini sejumlah perbaikan dibuat oleh sang buya, seperri peningkatan pelayanan terhadap guru dengan humanis, senyum dan kehangatan. Pernyataan ini tidak berlebihan rasanya jika ditanyakan langsung kepada guru-guru yang berurusan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Pariaman.
Di tahun itu ia juga melakukan pelatihan peningkatan kualitas SDM Guru di Padang Pariaman sebagai wujud perhatian terhadap peningkatan kualitas guru Padang Pariaman.
Dengan segala rekam jejak “sang buya” baik latar belakang pendidikan dan ‘makan tangan’ kinerjanya rasanya tak salah jika ada yang menjagokannya menjadi Ketua PGRI Padang Pariaman. (*)