Lintassumbar.co.id – Nama Presiden Persatuan Pedagang Kaki Lima Indonesia (PPKLI), Hermansyah, atau yang lebih dikenal Haji KR, pertama kali mencuat saat ia menyuarakan dukungan untuk pembangunan gedung KPK tahun 2012 silam. Kala itu PPKLI melakukan aksi penggalangan dana untuk membantu pembangunan gedung lembaga anti rasuah tersebut.
Hermansyah dengan lantang mengkritik sikap DPR yang menolak menganggarkan biaya untuk membangun gedung KPK. Upaya tersebut membuahkan hasil dimana DPR akhirnya menyetujui anggaran pembangunan tersebut.
Di kalangan pedagang kaki lima di kawasan Jakarta dan Jawa Barat, nama Hermansyah tidak asing lagi. Ia kritis dan lantang menyuarakan kepentingan pedagang kaki lima dan rakyat kecil. Selain itu ia juga dikenal dermawan dan suka membantu orang kecil.
Hermansyah merupakan seorang pengusaha sukses asal Pariaman, Sumatera Barat. Ia memiliki pabrik pengolahan barang bekas di Depok, Jawa Barat.
Kepada lintassumbar.co.id Hermansyah bercerita awal mula ia merantau ke Jakarta tahun 1974. Ketika usianya masih 16 tahun.
Sesampainya di Jakarta, Herman bekerja dengan keluarganya usaha konveksi di kawasan Tanjung Priok. Selama bekerja di sana, ia merasa cukup nyaman. Namun kondisi itu justru membuat ia tidak betah. Ia ingin tantangan dan bekerja mandiri. Cuma tiga bulan bekerja di sana, Herman memutuskan berhenti dan pergi ke Bandung.
Di Bandung Ia bekerja sebagai penjahit. Namun hal itu juga tidak berlangsung lama. Dua bulan di Bandung dirasa cukup mengasah kemampuan menjahitnya. Jiwa muda Herman makin haus tantangan. Ia memutuskan kembali ke Jakarta dan bekerja di sebuah toko jahit.
Ia bekerja sangat keras. Tak jarang ia bekerja hingga 18 jam sehari, mulai pukul 11 siang hingga pukul 4 subuh. Hingga akhirnya 8 bulan bekerja di sana ia bisa mengumpulkan uang untuk modal buka konveksi sendiri.
Usahanya berjalan sukses. Ia banyak menerima orderan. Sehingga di usianya yang masih muda, 17 tahun, ia sudah punya anak buah hingga 16 orang.
Seiring berjalannya waktu, Herman juga merambah jenis usaha lain. Berbagai usaha pernah ia tekuni, mulai dari membuka restoran Padang, usaha penyalur tenaga kerja, hingga menjual abu gosok.
Kini ia memiliki sebuah pabrik pengolahan barang bekas di kawasan Depok. Uniknya mesin untuk mengolah barang bekas tersebut ia ciptakan sendiri.
Hermansyah bercerita, usahanya menciptakan mesin itu tidak mudah. Ia berkali-kali gagal menciptakan alat tersebut sebelum akhirnya berhasil.
Keberhasilan Hermansyah menciptakan alat canggih pengolah sampah tersebut sangat mencengangkan. Betapa tidak, ia cuma tamatan SD, namun mampu menciptakan sebuah mesin yang sangat rumit dan canggih.
“Perjuangan saya menciptakan alat tersebut sangat berat, berkali-kali ujicoba selalu gagal, tapi saya tak pernah putus asa, dan akhirnya saya berhasil menciptakan alat itu,” ujar Hermansyah kepada lintassumbar.co.id di rumahnya di Perumahan Pesona Kayangan Juanda, Depok.
Kini alat tersebut betul-betul menjadi mesin uang bagi Hermansyah. Hampir seluruh barang bekas di kawasan Depok diolah di pabriknya. Hasil pengolahannya dijual ke berbagai perusahaan di Indonesia, bahkan diekspor hingga ke luar negeri.
Meski kini sudah sukses dan hidup nyaman di rantau, namun hal itu tidak membuat Herman lupa dengan kampung halamannya, Pariaman.
Ia secara rutin menyalurkan zakat ke kampung halamannya, terutama di Desa Batang Tajongkek, Kota Pariaman. Tidak hanya itu, ia juga aktif mendukung dan membantu pembangunan di Kota Pariaman. Baginya hal itu sebagai wujud rasa syukur atas semua nikmat Tuhan yang ia peroleh.
“Selain sebagai bentuk rasa syukur, itu saya lakukan juga sebagai rasa cinta kepada kampung halaman saya,” ujar orang dekat Ustadz Abdul Somad ini.
Kepedulian Hermansyah kepada Kota Pariaman diapresiasi oleh Walikota Pariaman, Genius Umar. Menurutnya Hermansyah sosok yang sangat bijaksana dan memiliki kepedulian yang tinggi kepada kampung halaman.
“Pak haji Hermansyah sudah banyak membantu pembangunan Kota Pariaman, kita butuh orang orang seperti ini,” ujar Genius Umar. (Idham Fadhil)