Rektor ISI Padangpanjang serahkan cinderamata kepada kepala Galeri Nasional |
Padangpanjang—Gelombang perubahan mewarnai dunia seni dengan berbagai tantangannya. Hal ini diharapkan memperkaya khazanah kekaryaan bagi para seniman rupa Indonesia. Tentu saja dalam tujuan untuk membangun dan mengembangkan kekayaan budaya nasional. Hal ini terungkap dalam seminar nasional bertajuk “Cita Rasa: Seni Rupa di Era Pluralisme Estetik” besutan Galery Nasional bekerjasama dengan Institut Seni Indonesia Padangpanjang Kamis, 18/7.
Seminar ini menghadirkan 10 orang pembicara dari berbagai disiplin ilmu. Tidak hanya praktisi, para akademisi, peneliti, kritikus, hingga ulama pun dihadirkan.
Dalam kata sambutannya Rektor ISI Padangpanjang, Novesar Jamarun menyambut baik dipilihnya institut yang ia pimpin sebagai lokasi penyelenggaraan seminar penting ini.
“Kami sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Galery Nasional dengan digelarnya seminar penting ini disini. Tentu kami berharap ini bukan kerjasama terakhir yang terjalin antara kedua belah pihak. Semoga di masa depan akan semakin banyak kegiatan yang dapat kita gelar bersama dengan Galery Nasional,” katanya.
Rektor juga mengharapkan para peserta untuk benar-benar menjadikan momentum ini sebagai ajang untuk menggali lebih dalam berbagai pengetahuan tentang seluk beluk estetika seni rupa, khususnya yang berkembang di Indonesia. Selain itu, Novesar juga mengharapkan agar dalam ajang ini dapat tercetus lahirnya sebuah asosiasi seni rupa se Indonesia.
“Kita sangat membutuhkan asosiasi ini karena akan sangat berguna bagi upaya bersama membangun seni rupa kita. Selama ini kita masih terpisah-pisah, maka itu diperlukan sebuah wadah untuk saling bertukar ide dan pengalaman serta menggalang kekuatan yang lebih besar bagi pengembangan seni rupa kita,” katanya.
Saementara itu, Kepala Galery Nasional Pustanto dalam kata sambutannya menjabarkan sejarah berdirinya galery Nasional. Setelah 20 tahun, kini gelary Nasional semakin mengembangkan diri baik di ranah kekaryaan maupun kajian pengetahuan seni rupa itu sendiri. Kegiatan yang dilaksanakan, sebutnya, tidak hanya di Jakarta dimana Galery Nasional itu sendiri berdiri, tetapi juga di beragai daerah.
“Seminar estetik ini adalah salah satu kegiatan unggulan kita. Kini telah memasuki pelaksanaan keempat setelah sebelumnya sukses dilaksanakan 3 kali di berbagai derah lainnya,” katanya.
Sebagai lembaga budaya negara yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Galeri Nasional kata Pustanto mengemban tugas dan fungsi yang cukup vital.
“Tugas dan fungsi tersebut antara lain menyelenggarakan pengkajian, pelaksanaan layanan edukasi, kemitraan, serta pendokumentasian dan publikasi di bidang seni rupa”, katanya. (Muhammad Fadhli)